pembicaraan calon penemu tuhan
Hai, selamat malam. Waktu senggang kami dapat hari ini. Aku doakan, semoga kamu juga punya banyak waktu senggang, untuk melakukan hal-hal yang kamu sukai.
Tiba-tiba terbesit di kepalaku sebuah pertanyaan, ketika semua teman-teman di kelas sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.
"Menurut kalian, Allah itu di mana?" Tanyaku pada 2 teman yang berbeda di sebelahku.
Satu teman langsung menjawab, "Allah maha mengetahui di manapun tempatnya, apa yang terjadi bahkan sampai hal-hal paling kecil di dunia. Allah itu ada di dalam diri kita, ada di dekat urat nadi kita."
Satu teman lainnya berpikir dulu, kemudian menyetujui dan menambahkan, "Allah ada di mana-mana."
Tapi aku tidak puas dengan jawaban itu. Aku juga percaya bahwa Allah Maha Mengetahui, namun bukan berarti Allah ada di mana-mana. Allah ada di satu tempat; di atas langit, kira-kira begitu pikirku.
"Bagaimana mungkin Allah ada di mana-mana? Berarti Allah juga ada dalam kotoran? Ada banyak sekali kotoran di sekitar kita, kan? Allah tidak ada di dalam kotoran, Allah juga tidak ada di tempat-tempat kotor seperti kamar mandi," balasku pada mereka.
Satu teman menyergah, "Namun aku pernah membaca Al-Qur'an, aku lupa surat apa, yang isinya berkata bahwa Allah ada di urat nadi kita."
Aku sebenarnya tidak tahu surat yang dimaksud, namun ketika temanku itu membawa Al-Qur'an sebagai referensinya, tiba-tiba aku teringat bahwa dalam Qur'an Surah Thaha dijelaskan bahwa Allah ada di atas langit.
Entah siapa yang salah tafsir, aku atau temanku.
Karena kami tidak punya ilmu dan referensi yang cukup, dan kami hanya mengandalkan logika-logika sederhana kami, kami takut menimbulkan kesalahpahaman yang malah menjadi landasan pemikiran satu sama lain nantinya—yang jelas akan menjadi sebuah dosa.
Kami menghentikan pembicaraan ini, karena aku tahu, aku dan temanku tidak mengetahui apapun.