Menyaksikan tubuh yang terkulai
Apa pernah anda menemukan orang yang berpisah tanpa alasan dengan temannya, kekasihnya, keluarganya? Atau,,, orang tersebut adalah anda sendiri?
Hai. Tugas sekolah akhir-akhir ini sedikit sombong ya?
27 Juli 2024. Bagaimana lingkungan pertemanan anda? Saya harap semoga anda berada dalam lingkaran pertemanan yang positif dan suportif. saya ingin membuang satu draft tulisan yang ada di pikiran saya kali ini. baiklah saya akan mulai bercerita.
Suatu hari lalu—Hampir 2 tahun lalu—Saya bertemu dengan teman masa kecil saya di sebuah toko buku. Pikiran yang terlintas saat itu adalah "Sial, Saya harus basa basi" saya tidak tahu apakah teman saya ini juga melihat saya
=Yang Saya ingin lakukan saat itu adalah segera pulang dan mengurung diri di kamar.
Ya, Saya sering kali dipanggil introvert, ada juga tambahan panggilan seperti kaku, terlalu serius, dan tidak ramah. Setidaknya sampai saya menulis ini, panggilan-panggilan seperti itu masih saya terima.
Saya ragu, apakah hanya karena saya introvert. Saya akan melakukan hal seperti itu untuk tidak menikmati pertemuan singkat dengan teman lama saya ini.
Apalagi tidak ada alasan—seperti hal buruk yang terjadi di antara kami; bukan berarti dia pernah menindas saya di sekolah, bukan juga sebaliknya. Malah, hubungan masa lalu kami KEREN.
"Hei Jei," Saya ingat dia menyapa dengan pelan.
Dia melambaikan tangan kanannya dengan cepat, saya yakin tujuannya adalah mengajak saya TOS—tapi karena melihat Saya yang tidak tertarik untuk TOS, dia memilih untuk berjabat tangan dengan erat— "...apa kabar?"
"Baik," Jawab saya, agak singkat. "Kamu, apa kabar?"
"Baik, tinggal dimana sekarang? Masih di ***?" —dia menyebutkan alamat saya"
"Ya, masih." —jawab saya.
———Jeda———
Ya. Sudah, Itu saja.
basa basi itu bahkan tidak berlangsung 1 menit. Saya maupun dia segera melanjutkan kegiatan masing masing.
Sesampainya di rumah—sambil mengurung diri di kamar; Mau tidak mau Saya memikirkan beberapa puluh cara yang lebih baik untuk basa-basi menyapa seorang teman lama daripada jeda yang canggung.
Kami tidak pernah bertemu semenjak itu. Dia juga, belum pernah berkunjung ke sini lagi. Bahkan tidak ada lanjutan di whatsapp, padahal kami saling menyimpan nomor masing-masing.
Saya dan teman saya, EL. Dulunya tidak dapat dipisahkan. Ketika kami masih kecil, orang tua kami biasa mengganti popok kami pada waktu yang hampir bersamaan. Kami bersekolah di sekolah yang sama, masuk ke kelas yang sama, dan bahkan bermain di lingkaran pertemanan yang sama.
Alasan utama terjadinya kebetulan ini adalah kenyataan bahwa kedua ibu kami berteman baik.
Saya bukan tipe orang yang mudah berteman dengan orang lain. Jadi hubungan baik ibu saya dengan orang lain tentu sangat membantu saya.
Hal yang sama juga terjadi pada Saya dan EL. Selama di kelompok bermain dan di sekolah dasar, Saya dan L lalunya adalah teman yang sangat baik.
Saya ingat percakapan dengan EL di masa lalu yang kira-kira seperti ini:
"Saya ingin tahu apakah kita akan tetap berteman di masa depan?" versi diri saya yang jauh lebih muda bertanya.
EL muda tertawa. "Tentu saja. Nanti pulang kerja kita kumpul di pos. Emang bisa kamu berhenti berteman dengan seseorang?"
Saya ingat tersenyum karena jawabannya, menyetujui bahwa tidak mungkin orang dapat membatalkan pertemanan dengan orang lain.
***
Saya dan EL tentu saja sering bertengkar—sama seperti banyak teman baik lainnya. Tapi kami tidak pernah bertengkar begitu besar hingga kami tidak bisa memperbaiki pertemanan kami sendiri.
Sering kali, dialah yang menawarkan perdamaian dengan memberi saya es potong; Es potong yang dicelupkan ke dalam coklat bisa meredakan amarah saya.
Dulu saya berpikir bahwa EL adalah seorang yang jenius dalam berbaikan dengan orang lain. Dia memang sedikit kasar, namun sangat lembut untuk seorang laki-laki kecil.
Hal terbaik untuk diketahui tentang tumbuh dewasa adalah, kita tidak pernah benar-benar menyadari prosesnya sampai kita mencapai titik itu.
Bagi saya, bertemu dengan EL dewasa di Toko buku itu adalah salah satu "poin" yang menunjukkan proses pendewasaan.
Seperti yang saya sebutkan, kami tidak pernah bertengkar hebat hingga melukai pertemanan kami.
Jika Saya harus menggambarkan prosesnya, bukan peristiwa spesifik yang memisahkan kami, melainkan akumulasi dari peristiwa tersebut.
Ini bukan "Apa yang terjadi" ,tapi lebih pada "apa saja yang telah terjadi"
Sebenarnya prosesnya cukup sederhana. Saat kami masuk SMP, kami ditempatkan di sekolah yang berbeda. Orang tua kami semakin tua dan mereka tidak sering lagi berkumpul—apalagi karena dia pindah rumah. Frekuensi kami bertemu di jalan pulang sekolah semakin berkurang; Malah hilang. Baik dia maupun saya melanjutkan dan berteman dengan kelompok lain.
Saya dengar dia merokok dan mabuk, mengecat rambutnya, dan mendapat masalah dengan guru di sekolahnya yang membuat dia harus pindah sekolah.
Rasanya aneh saat saya menyadari betapa berbedanya EL dengan versi playground dalam ingatan saya, segalanya sudah terlambat. Hal-hal yang biasa kami bagikan secara langsung telah menjadi rumor bagi saya.Tadinya Saya penasaran apa jadinya kalau Saya dan EL ditempatkan di sekolah yang sama saat SMP.
Akankah kami tetap berteman baik satu sama lain?
Akankah Saya menyaksikan perubahannya dengan sangat jelas, alih-alih mendengarnya dari jauh?
Namun, ketika kami lulus SMP, saya tahu semuanya sudah terlambat. Bohong jika saya bilang saya tidak kesal dengan itu. Bagaimanapun, kami dulunya paling mengenal satu sama lain. Saya tidak pernah tahu bahwa Saya masih bisa kehilangan seorang teman meskipun kami tidak pernah secara eksplisit bertengkar satu sama lain.
Namun, yang tidak terduga adalah betapa baik-baik saja saya dengan semua perubahan itu. Ketika Saya masuk sekolah menengah atas.
EL hanyalah sesuatu dari masa lalu saya, dan saya terlalu sibuk berjuang untuk mencapai target target kecil untuk diri saya sendiri, daripada memikirkannya. Lagipula dalam buku buku yang saya baca selalu saja termaksud; Siapa yang peduli jika saya kehilangan satu atau dua teman; selalu ada lebih banyak teman lagi yang datang dalam perjalanan hidup ini.
Sebagian besar pemikiran saya sebelumnya terdengar berlebihan, tentu saja.
Maksud saya, Saya selalu bisa menghubungi nomor EL dan terhubung kembali, bukan? Saya selalu bisa mengiriminya pesan, dan mungkin berkumpul lagi bersama keluarga kecilnya.
Sekarang, Kami bisa merencanakan seluruh pertemuan, dan tidak akan bertemu satu sama lain dalam keadaan tidak siap.
Namun akan ada banyak hal yang hilang dari pertemanan kami. Saya pasti tetap merindukan masa lalu itu.
Mustahil untuk menangkap setiap detail yang terjadi selama bertahun-tahun, tidak peduli seberapa banyak dia bercerita kepada saya tentang semua hal yang telah terjadi tanpa saya, dan hal yang sama juga berlaku padanya.
Saya sudah menjadi planet yang terlalu jauh dari tata surya untuk mengorbit matahari. Saya bisa saja terdeteksi olehnya lagi jika dia berusaha cukup keras, tapi itu tidak akan sama dengan melihat ke langit malam dan melihat bulan.
Tentu saja, kami selalu dapat terhubung kembali dan berbagi kisah hidup kami mulai sekarang.
Tentu saja, kami selalu bisa membangun kembali pertemanan yang retak selama bertahun-tahun yang kami habiskan seperti orang asing satu sama lain.
Namun untuk saat ini, karena kami belum melakukan upaya apa pun untuk membangun kembali jembatan di antara kami, kami akan tetap menjadi "orang asing yang biasa kami kenal"
Menyaksikan tubuh yang terkulai, ternyata adalah hal yang sulit untuk dilakukan. Namun kenyataannya, saya tahu hal itu tidak bisa dihindari.
Saya harap saya bisa bertemu EL lagi di masa depan. Kali ini, Saya akan lebih siap. Mungkin Saya akan menolak jabat tangannya dan melakukan TOS dengan sangat keras hingga telapak tangan kami memerah. Mungkin juga saya akan mengajaknya mengambil puluhan foto bersama. membuat vlog bahagia, dan basa basi disertai tawa, dengannya.
saya sudah belajar tentang semua itu, EL.
Jika bersedia membuat kesempatan, mari bertemu lagi.