Wah.... Indonesia!
Senang rasanya bisa menyempatkan menulis di situs ini lagi. Sudah lama nggak terlampau kesal di depan halaman blog ini
Bagaimana kabarku?
Sekarang? Sekarang banget? Ketika aku mengetik huruf-huruf ini? Jujur. Jujur sekali. Di kepalaku isinya campur aduk, mungkin karena kebanyakan main MEDSOS, sampai-sampai masalah negara ini juga ikut aku pikirkan.
Bisa dibilang, mungkin itu alasan utama aku ingin menulis ini. Saat aku membuka MEDSOS, banyak orang yang setiap hari menggaungkan perjuangan melawan petinggi. Namun banyak juga yang sedang berbahagia dengan nongkrong sana-sini, mendaki gunung, bahkan bermain catur, di tengah kericuhan ini.
Rasanya semua ini berlebihan. Kehancuran di mana-mana dan aku masih melihat sebagian masyarakat lainnya terasa biasa-biasa saja, seolah ini semua bukan apa-apa. Ada yang saling sikut karena masalah pemilu, ada yang saling maki karena ini semua salah mereka yang telah memilih, namun ada juga yang biasa-biasa saja siapapun pemimpinnya, apapun kebijakannya.
Aku termasuk orang yang biasa-biasa saja, dan banyak juga orang sepertiku. dibilang tidak peduli dengan negara ini, tidak tepat juga. Mereka masih sering repost thread yang mengkritisi pemerintah. Namun lebih tidak tepat lagi jika dibilang peduli, jelas tak terbukti, Mereka memang demonstrasi, Mereka memang mengkritisi pemerintah, tapi hanya ketika pemerintah dan kebijakannya mengganggu atau merugikan mereka.
Aku pikir itu intinya, semua orang hanya memperjuangkan tuntutan-tuntutan pribadinya. Jika tidak terkena dampak kebijakan pemerintah, untuk apa protes kan? Buang-buang waktu saja. Lagipula aku sedang sibuk belajar mengendalikan mimpi, jadi memang banyak disibukkan dengan kegiatan tidur akhir-akhir ini. Entahlah, mungkin memang aku orangnya seperti ini, kurang bisa memvalidasi emosi. karena itu, teman-temanku malah semakin kesal setelah curhat HAHAHAH! Karena aku malah bingung harus menanggapi seperti apa.
Jadi ya aku biarkan, toh tidak mengganggu kehidupan pribadiku. Tadinya pikirku seperti itu, sampai aku membaca sebuah skenario yang mengubah pemikiran apatis aku itu.
Bayangkan kamu sedang asyik bermain di lapangan bersama temanmu. Tiba-tiba, Penjaga lapangan baru datang dan tanpa penjelasan apa-apa langsung menendang kepala temanmu sampai ia tersungkur menangis. Kemudian, Penjaga lapangan pergi begitu saja tanpa memberikan penjelasan, meninggalkan kalian berdua. Kamu yang bingung kenapa temanmu tiba-tiba dipukul akhirnya memberanikan diri untuk bertanya kepadanya apa alasan dia melakukan hal tersebut. Setelah ditanya, Penjaga lapangan memberikan alasan yang tidak jelas dan rasanya dibuat-buat hanya untuk membenarkan tindakannya yang tidak masuk akal.
Kamu punya pilihan untuk menyikapinya:
Pilihan pertama, kamu hanya perlu diam saja. Karena buat apa? Kamu bukan korbannya. Tapi ingat, Penjaga lapangan menendang temanmu tanpa alasan yang jelas, jika sekarang kamu diam saja. Mungkin suatu saat temanmu juga akan diam saja ketika kamu ditendang oleh Penjaga lapangan tanpa alasan yang jelas.
Pilihan kedua, Kamu mengajak temanmu untuk menuntut penjelasan dari Penjaga lapangan atas perlakuan tak berdasarnya itu. Kamu bisa mengajak Ayah atau keluargamu yang lain untuk mendengarkan penjelasan dari Penjaga lapangan jika ia memiliki alasan rasional. Ini harus dilakukan agar tidak ada ketakutan lagi di masa depan kalau Penjaga lapangan akan terus melakukan sesuatu secara sembarangan, terutama yang merugikan kalian.
Pilihan ketiga, Kamu dan temanmu pergi, dan tidak bermain lagi dilapangan itu. Kamu dan temanmu bisa mencari tempat yang lebih nyaman, lebih dekat dengan rumah, dan lebih aman. Artinya kamu dan temanmu harus meninggalkan tempat kalian tumbuh besar, dan sering memberikan kebahagiaan hanya karena Penjaga lapangan baru itu.
Skenario di atas sedikit menggambarkan situasi yang terjadi di Indonesia sekarang. Aku mungkin bukan bagian dari mahasiswa yang demo, Kakak bukan calon ASN yang pusing dipaksa menganggur berbulan-bulan, Ayah bukan dosen yang tidak dibayarkan tunjangan kinerjanya, Ibu tidak begitu masalah ketika gas melon sulit didapat.
Namun, aku punya kesimpulan buruk, Aku tidak tahu apakah aku atau keluargaku akan seterusnya aman dan tidak ikut menjadi korban suatu saat?
Aku pikir aku bukan bagian dari kelompok naga dengan harta yang tidak ada habisnya, aku sendiri tidak bisa menjamin kehidupanku tidak akan diotak-atik dengan kebijakan seenaknya pemerintah.
Jadi, aku memilih untuk peduli.
Karena masih dalam suasana lebaran, Maafin kalau aku ada salah yaaa.
Oh ya, jangan keras keras demonstrasi nya …. kebanyakan mereka yang menjadi petinggi saat ini dulu juga sama kerasnya seperti kita, sama-sama mengagungkan keadilan, berteriak dan mengajak mengangkat tangan kiri sebagai tanda perjuangan, bercita-cita mengubah sistem dan menciptakan keadilan dari dalam. Tapi akhirnya sama saja dengan petinggi-petinggi sebelumnya yang terlena dengan kenikmatan tangan kanan. Yaaa namanya juga manusia. Hehehe
*Satu lagi, tidak tepat rasanya menyalahkan orang-orang yang menerima suap berupa uang/SEMBAKO untuk memilih salah satu kandidat, atau mendukung suatu kebijakan. Mereka gak sama kayak kalian. Mereka gak mikirin revenue dari saham, mereka gak mikirin 3—5 tahun kedepan. Mereka itu hidup dalam survival mode, Mungkin 20rb sangat berarti bagi mereka, mungkin beras dan gula sangat istimewa bagi mereka. yang mereka pikirin bisa aja cuman masalah makan, dan bertahan hidup 3 hari — seminggu kedepan. SALAHKAN PEMERINTAH YANG TIDAK BECUS BERANTAS KEMISKINAN. URRRAAAAAAAWKWKWWKWKWK
Terimakasih telah membaca
