#Paradigma Berorganisasi : 11 Pemain dan Hanya Satu Gawang

31

Ahh ternyata sudah hampir tiga bulan sejak terakhir menulis di blog ini. Selamat malam, saya doakan semoga kalian selalu sehat dan dikelilingi orang-orang baik.

Kali ini saya ingin memulai segmen terbaru dari tulisan saya, Paradigma Berorganisasi, dengan satu pertanyaan:

Bagaimana cara kita menyatukan pemikiran, pandangan, pendapat, dan prinsip setiap orang?

Kalau jawaban anda adalah tidak mungkin, kita berbeda pendapat.

Jika berbicara tentang perbedaan pikiran setiap orang, saya pikir hampir tidak mungkin menyatukan pemikiran, pendapat, dan prinsip setiap orang.

Saya punya satu prinsip yang saya pegang sampai sekarang;

Jika ada 5 orang berkumpul, maka akan ada 5 macam hal benar.

Apa artinya kita tidak bisa menyatukan orang? Bisa. Orang-orang yang berbeda itu bisa kita satukan.

Ada 2 Cara yang bisa saya berikan.

Cara Yang pertama. Dengan menyatukan Goal/Tujuan.

Bayangkan sebuah tim sepak bola. Ada 11 Pemain, kan? tapi gawang yang dituju hanya ada satu. Setiap individunya berbeda-beda, punya peran yang berbeda, dan setiap individunya punya motivasi yang berbeda saat bermain untuk menang : ada yang mencari uang, ada yang karena hobi, ada yang berharap dilirik club bola papan atas, dll. Tapi sekali lagi, Gawang yang dituju hanya satu.

Jadi, cara pertama untuk kita bisa menyatukan individu dengan pemikiran, pendapat, dan prinsip yang berbeda, adalah dengan menyamakan Goal/Tujuan mereka.

Misalkan, Di organisasi. Anggota kita lebih suka melakukan sesuatu dengan cara X, tapi kita sebenarnya lebih suka dengan cara Y. Selama tujuan yang hendak dicapai sama dan tidak mempengaruhi waktu dan/atau biaya pengerjaan, kenapa tidak membiarkan anggota kita menggunakan cara X?

Begitu juga di rumah, di sekolah, di manapun. Setiap orang punya cara, pemikiran, dan gaya masing-masing.

Jangan memaksa orang untuk berpikir, berpendapat, dan berprinsip seperti kita, karena mereka jelas bukan kita. Keberagaman sifat, pemikiran, dan pendapat akan menambah nilai dalam mencapai setiap tujuan.

Cara yang kedua, Punya musuh yang sama.

Pernah tidak anda berkomentar atau kesal—atau melihat banyak masyarakat Indonesia marah ketika membaca informasi kalau hal-hal yang berasal Indonesia diklaim negara lain?

Batik Indonesia yang diklaim Malaysia misalnya. Coba kita ingat lagi. Saat itu banyak masyarakat Indonesia yang tidak saling mengenal, tidak saling tahu, dan punya pandangan hidup yang berbeda-beda bersatu hanya untuk menyerang akun media-media Malaysia.

Hebat bukan? Tapi saya tidak sarankan menggunakan cara kedua di organisasi. Terlalu Ekstrem dan beresiko. Hanya gunakan cara ini ketika memang sangat-sangat dibutuhkan.

Bagaimana menurut anda? Salam #PengejarBidadariSurga

Terimakasih telah membaca